Friday, May 26, 2023

Tale Of The Nine Tailed 1938 Ep. 6

 

Lee Yeon Keluar dan melihat seseorang berdiri membelakanginya.

"Cheon Mu Young?" tanyanya tidak percaya.

"Bagaimana bisa kau...." ucap Lee Yeon

"Hidup." Mu Young memotong perkataan Lee Yeon.

"Hentikan omong kosongmu, Mu Young sudah mati. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Siapa kau sebenarnya."

Mu Young tertawa dan mengeluarkan potongan sisir dari sakunya.

"Ini aku Mu Young, temanmu."

Lee Yeon mengingat masa lalu ketika 3 sekawan (Lee Yeon, Mu Young dan Hong Joo) berbagi 3 potongan sisir.

"Bagaimana bisa kau memiliki itu?" tanya Lee Yeon

"Karena aku tidak mau makan kotoran rusa." Mu Young menjawab sesuai dengan ancaman Lee Yeon dahulu saat Mu Young bertanya konsekuensi menghilangkan potongan sisir itu.

"Aku merindukanmu." lanjut Mu Young.

Lee Yeon menghampiri Mu Young dan memeluknya. Lalu bertanya "Apakah kau si Topeng Merah Putih?"

"Apa maksudmu?" jawab Mu Young. 

Mendengar jawaban Mu Young Lee Yeon mengeluarkan pedangnya dan keduanya mulai berkelahi. Saat itu Hong Joo sedang berbicara dengan Mae Hwa mengenai identitasnya yang diketahui oleh Ryuhei. Mae Hwa merasa bersalah karena kakaknya turut menjadi penyebab terbongkarnya identitas Hong Joo (Hong Joo bukan manusia). Hong Joo memerintahkan Jae Yoo (assistennya) untuk mengawasi Ryuhei. Jae Yoo memberitahu Hong Joo untuk melihat kondisi di luar. Saat keluar Ruangan Hong Joo melihat kedua temannya berkelahi, dia berteriak untuk menghentikan mereka tetapi tidak mendapat respons.

Hong Jo yang terus diabaikan oleh Lee Yeon dan Mu Young, mengeluarkan pedang raksasanya dan meluncurkan pedang itu ke arah Lee Yeon (Pedang itu menembus Lee Yeon dan Mu Young).
"Kalian dua orang bodoh menganggapku apa?" ucap Hong Joo sembari mendekati dua temannya.
"Hong Joo, apa kau sudah gila?" Lee Yeon kesakitan dan berniat mencabut pedang dari tubuhnya dan dihalangi oleh Mu Young.
"Kau lebih baik tidak melakukannya. Kau tertusuk di bagian vital."
"Terlebih lagi oleh pedang dewa gunung." tambah Hong Joo.
"Apa yang kau coba lakukan?"
"Dirimu ada dua dan pecandu opium di Manchuria adalah yang asli."
"S**l, aku ketahuan. Tapi aku juga Lee Yeon yang asli." sanggah Lee Yeon.
"Kecuali, kau bukan berasal dari era ini." Hong Jo berjalan ke arah belakang Lee Yeon dan mencabut pedang yang menancap punggungnya.
"Dia kehilangan banyak darah." Mu young memperingatkan Hong Joo dan tetap menahan Lee Yeon yang terluka parah.
"Aku ingin tau bagaimana kau bisa kembali." Hong Joo mengabaikan perkataan Mu young.
"Taluipa tidak pernah mengidupkan kembali apa yang dia bunuh. Dia berpegang teguh pada prinsip."
"Aku juga mencari tau siapa yang menghidupkan ku kembali. Soal aku apa, aku tidak hidup atau pun mati."
"Apa yang terjadi saat dewa gunung keempat terpilih?"
"Jelaskan padaku apa yang kau lakukan untuk merusak persahabatan kita?" Hong Joo bertanya  marah kepada Yeon.
"Aku membunuhnya... Kakak Mu Young."kata Lee Yeon.
"Gila." Ujar Hong Joo
"Namun aku tidak menyesalinya." Lee Yeon berkata dengan menatap Mu Young.
"Tutup mulutmu," kata Mu Young menahan amarah.
"Aku tidak boleh mati di sini. Aku harus kembali", ucap Lee Youn dengan nafas tersengal.
"Dia mulai kehabisan nafas " kata Mu Young kepada Hong Joo.
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Satu - satunya orang yang bisa menyelamatkannya adalah kau." Mu Young menjatuhkan Lee Yeon ke tanah mendengar kata - kata Hong Joo.
Lee Rang mengajak Yeo Hee ke kedai Naengmyeon. Awalnya pemilik kedai akan menutup tokonya Lee Rang mengancamnya dengan kapak dan memaksanya untuk membuat Naengmyeon. Pemilik kedai yang tidak berdaya pun menyajikan 2 porsi naengmyeon untuk Lee Rang dan Yeo Hee. Melihat Yeo Hee yang makan naengmyeon dengan hati - hati dan malu - malu, Lee Rang bertanya,
"Apa kau bisa kenyang makan seperti itu?"
"Aku kenyang." ujarnya. Dalam hati Yeo Hee berkata bahwa pria suka wanita yang makan sedikit dan tidak pergi ke toilet, Yeo Hee tersenyum sendiri dengan idenya. Lee Rang mengamatinya lekat - lekat membuat Yeo Hee bertanya resah.
"Apakah ada sesuatu di wajahku?" tanyanya sambil mengusap kedua sisi mulutnya.
"Aku penasaran", ujar Lee Rang.
"Aku?" tanya Yeo Hee
"Seorang gadis penjaga butik yang ternyata adalah putri duyung yang menyamar. Darah campuran dengan kaki lemah yang handal dalam menghancurkan."
"Raja penghancur?"
"Kau menghancurkan semuanya dengan nyanyianmu." 
"Apakah kau mewarisi suara dari ibumu?"
"Aku membenci suaraku. Aku menyanyi utnuk membuat orang bahagia. Tetapi kadang aku melakukan itu tanpa sadar."
"Berhentilah complain, itu hal yang bagus. Kamu bisa bertarung dan melindungi dirimu sendiri."
"Begitukah? Jika begitu aku akan melindungimu."
"Kenapa kau melindungiku?" tanya Lee Rang tidak mengerti.
"Karena aku masih punya lima permohonan yang harus kau penuhi."
Mendengar pernyataan Yeo Hee, Lee Rang bergumam dan bangun dari duduknya untuk membayar makanan mereka. Saat itu Yeo Hee melahap naengmyeonnya dengan lahap tanpa sadar jika Lee Rang memperhatikannya dengan tersenyum.
"Pulanglah."
"Apa kau tidak mengantarku?"
"Apa itu juga harapan?"
"Tidak, aku akan memakainya lain kali. Selamat malam." Yeo Hee melambaikan tangannya, Lee Rang segera pergi meninggalkannya. Yeo Hee berjalan pulang dengan bahagia tanpa sepengetahuannya Lee Rang mengawasinya dari atas gedung. Lee Rang terus memperhatikan Yeo Hee sampai Yeo Hee masuk ke dalam Obok Butik. (sepertinya Yeo Hee tinggal di butik Pengantin Siput Air)
Kepala Komisaris Ryuhei mengamati peta tambang emas bersama tangan kanannya yang terluka.
"Jadi yang melakukan ini padamu adalah Rubah Ekor Sembilan?"
"Benar Tuan. Mereka bisa menyamar, Nyonya Myoyeongak adalah salah satunya. Kita harus menyingkirkan mereka sekarang."
Ryuhei teringat kembali pertemuannya dengan Lee Yeon dan berkata.
"Sungguh luar biasa, Joseon dipenuhi dengan iblis bermanfaat."
"Selidikilah tambang emas kita. Suruh mereka bekerja." perintah Ryuhei kepada Assisten.
"Anda tidak akan melakukan apapun terhadap Myoyeongak?"
"Kita sedang dalam masa pertempuran. Perluasan kekuasaan militer adalah prioritas. Kita harus ke laboratorium."
"Kita menyisakan iblis Joseon untuk menjadi mangsa kita." ucap Assisten senang.
"Tidak. Mereka bukan mangsa, mereka adalah senjata perang baru Kekaisaran!" teriak Ryuhei.
"Baik Tuan." Assisten mematuhi ucapannya.


Jae Yoo menemui seorang mata - mata dari tempat Ryuhei. Orang tersebut mengatakan bahwa Ryuhei belum akan mengambil tindakan atas Myoyeongak. Dia juga berkata bahwa Ryuhei dan tangan kanannya pergi ke laboratorium.
"Laboratorium apa?" tanya Jae Yoo sambil melempar satu tas penuh uang.
"Ini rahasia besar jadi aku tidak tau banyak, tapi rumornya tawanan dalam laboratorium itu bukan manusia."

Eun Ho dan Shin Jo tampak menuruni anak tangga di tempat misterius. Di sebuah ruangan sudah ada 2 orang lain yang menunggu mereka. 
"Aku kenalkan pada anggota baru kita." Eun Ho memulai percakapan. Melihat 2 orang yang tidak asing (Suami Taluipa dan Pengantin Siput Air) Shin Jo ternganga sambil menatap suami Taluipa.
"Mari kita lihat barang bagus Manchuria dulu." Pengantin Siput Air menyela dan membuka kotak di atas meja.
"Woah, ini yang aku ambil dari Stasiun Gyeongseong. Ini bom sungguhan?" tanya Shin Jo yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Eun Ho.
"Seperti yang kau tau bahwa mendistribusikan dan membawa bom adalah kejahatan berat. Jadi mulai sekarang kita harus saling melindungi." jelas Suami Taluipa.
"Bahkan jika tertangkap aku akan mengatakan bahwa aku melakukan semuanya sendiri." ujar Pengantin Siput Air.
"Aku juga." balas Eun Ho
"Aku juga." susul Suami Taluipa sambil memandang Shin Jo.
"Dan kita adalah pejuang kemerdekaan." lanjutnya.
"Kapan tanggalnya?" Suami Taluipa bertanya kepada Eun Ho.
"Kita akan mendapat perintah dari Manchuria segera." jelas Eun Ho. "Aku permisi sebentar." ujar Eun Ho kemudian pergi.
Setelah Eun Ho pergi Shin Jo berbalik ke arah Suami Taluipa dan bertanya.
"Apa yang Anda lakukan di sini Tuan?"
"Aku adalah penjaga arus kematian. Sudah menyaksikan banyak kematian tetapi ini berlebihan. Perang, siksaan bahkan perbudakan paksa. Hidup tidak pantas dengan takdir seperti itu."
"Apakah Taluipa tau?"
"Dia marah dan bilang untuk tidak  ikut campur dalam urusan manusia."
"Ini rahasia." Suami Taluipa mengingatkan Shin Jo.
"Tuan Lee Yeon juga tidak tau aku disini." ujar Shin Jo.
"Senang ada kau di sini. Kita ini Iblis Joseon, kita tidak bisa membiarkan negara kita dirampas di depan mata kita." kata Pengantin Siput Air.
"Kalian semua mengagumkan, rekan - rekan." ujar Shin Jo.

Lee Yeon terbaring dengan luka bekas pedang di dadanya. Mu Yeong menusuk jarinya dengan jarum dan meneteskan darahnya ke luka Lee Yeon. Tidak lama kemudian luka itu menutup dan pulih seperti semula.
"Kau masih ahli rupanya." puji Hong Joo.
"Dia akan bangun dalam setengah hari." dia menatap Hong Joo dan tersenyum tipis.
"Mengapa kau menyelamatkannya?" tanya Hong Joo. "Kau bilang kau juga mati karena Lee Yeon."

"Aku membawa Lee Yeon kembali ke masa lalu untuk mengembalikan semuanya seperti sedia kala." jelas Mu Yeong.
"Seperti sedia kala?" Hong Jo tidak mengerti.
"Keluarga dan gunung yang aku kuasai. Aku menginginkan semuanya kembali. Dan untuk melakukannya aku membutuhkan dia." melihat Hong Jo yang tidak mengerti maksudnya, Mu Yeong menambahkan
"Karena Lee Yeon yang ini punya hal yang tidak dipunyai Lee Yeon era ini." sambung Mu Yeong.
"Dan apa itu?" Hong Jo ingin tau.
"Kau akan segera tau." Mu Yeon tersenyum dan beranjak pergi. Hong Jo memegang bahunya dan bertanya,
"Apa dia tau kau adalah si Topeng Merah Putih?"
Mu Yeong menutup mulutnya dengan jari telunjuk sebagai isyarat untuk merahasiakannya. Dia pun berlalu pergi.
Hong Jo membuka laci meja dan mengambil sebuah kotak merah, dia buka dan mengeluarkan potongan sisir (sama dengan potongan sisir yang dimiliki Mu Yeong). 
Versi kecil Lee Yeon, Mu Yeong dan Hong Joo duduk disebuah hutan. Mereka melarikan diri dari Taluipa karena lelah belajar. Lee Yeon menggoda Mu Yeong yang ketakutan dengan menceritakan monster hutan yang memakan manusia dan hewan. Hong Joo menghentikan Lee Yeon dan melarangnya menakuti Mu Yeong. Mu Yeong merengek mengajak mereka kembali tetapi Hong Joo menolak dan meminta mereka mengeluarkan barang yang mereka bawa. Mu Yeong membawa buku untuk belajar, Hong Joo membawa makanan dan membagikannya ke sahabatnya, Lee Yeon membawa baju dalam yang membuatnya diejek oleh Hong Joo. Dia juga mengeluarkan sisir favorit Taluipa yang diambilnya diam - diam dan mematahkan sisir itu menjadi 3 bagian untuk dibagikan kepada dirinya dan 2 temannya.
"Ini adal bukti bahwa kita bertiga adalah satu." kata Lee Yeon kecil.
"Siapapun yang mengkhianati persahabatan kita akan mati di tanganku." tambah Hong Joo.
"Bagaimana jika aku menghilangkannya?" tanya Mu Yeong.
"Aku akan menyuapimu kotoran rusa. Ini kotoran rusa...kotoran rusa..." Lee Yeon menyodorkan tanah yang dia pungut ke wajah Mu Yeong.
Hong Jo menutup kotak merah itu dan duduk di samping Lee Yeon yang tertidur.
"Maaf Yeon, sebenarnya aku tidak peduli kau dari masa depan atau masa lalu. Aku akan melindungimu dan Mu Yeong dengan caraku sendiri. Walau akhirnya kita harus tercabik - cabik."

Mae Hwa berkata bahwa mereka akan merekrut gisaeng baru, Myoyeongak akan terus beroperasi sampai Hong Joo memerintahkan sebaliknya.
"Ada berapa mereka?"
"Kita punya 6 kandidat, Nyonya akan membuat keputusan setelah melihat mereka."
Nan Cho yang ingin tau kondisi kandidat gisaeng baru memerintahkan Jook Hyang untuk berjaga di luar dan melapor padanya.

Mu Yeong memandang bungkusan merah di atap Myoyeongak dan mengingat perkataan Raja Lima Arah yang mengatakan bahwa benda itu seperti undangan. Tempatkan benda itu di tempat yang tidak disadari dan dia akan datang, jika Mu Yeong ingin tubuhnya disembuhkan harus menangkapnya. Saat Mu Yeong menanyakan maksud dari kata benda yang digunakan Raja Lima Arah dia berkata "Hantu... Aku yakin sudah bersikap baik." dia memotong ucapannya dan membisikan sesuatu kepada Mu Yeong.
"Bagaimana bisa hal semacam itu..."
"Bisakah kau menangkapnya dengan kondisi seperti itu?" tanya Raja Lima Arah.
"Tidak harus aku yang menangkapnya."
Kembali ke halaman Myoyeongak Mu Yeong berkata dalam hati.
'Tamu sudah datang. Yeon permainan ini berbahaya. Maka dari itu kumohon jadilah jaminanku.'

Jook Hyang sedang bermain di luar Myoyeongak saat iring - iringan kandidat Gisaeng datang, dia mengagumi kecantikan para gisaeng. Diantara para gisaeng yang memakai sepatu bagus ada 1 gisaeng yang memakai sandal tua. "Aneh. Bagaimana bisa mereka 7 orang bukan 6 orang." gumam si kecil Jook Hyang. Salah satu dari gisaeng yang mengenakan sandal tua melirik ke arah Jook Hyang.

Suami Taluipa (Tuan Hyun Ui Ong) menyajikan es Bingsu ke istrinya.
"Kau keluar setiap malam untuk makan ini?"
"Begitulah, antriannya sangat panjang..." Taluipa memukul leher suaminya dan berkata,
"Sejak kapan mereka menjual bingsu di butik? Apapun yang sedang kau rencanakan lakukan dengan sederhana. Manusia menulis sejarahnya sendiri bukan kita." ujarnya marah.
"Tapi kita adalah dewa joseon." bela Tuan Hyun.
"Apakah ada kematian tanpa cerita. Joseon bertahan melalui semua invasi asing kali ini pun begitu."
Tiba - tiba terdengar suara ribut di luar yang membuat Taluipa marah, Tuan Hyun keluar berkata akan memberi mereka pelajaran. Di luar sejumlah dewa berdemo menuntut Taluipa untuk turun jabatan. (hihi,,, dewa juga bisa demo)
Tuan Hyun mendengar keluhan para dewa yang kehilangan hutan dan kawan mereka. Dia bersimpati pada para demonstran. Saat Taluipa tidak lagi mendengar suara teriakan namun mendengar suara musik dia menengok keluar dan mendapati suaminya menyanyi dan menari bersama para pendemo, dia mendesah kesal.

"Kamu sudah bangun, babe?" Hong Jo menyapa Lee Yeon dengan senyum lebar.
"Kau menusukku seperti sate dan memanggilku babe?" protes Lee Yeon.
"Kaulah yang memanfaatkanku?" serang Hong Jo.
"Memanfaatkanmu?"
"Kau berpura - pura sulit untuk didapat nyatanya kau sama saja di dalam." Hong Jo mulai menggoda Lee Yeon.
"Apa yang kau lakukan saat aku tidur?" Lee Yeon menarik selimut sengan panik.
"Seseorang melakukan sesuatu...." Hong Jo menggantung kalimatnya dan melanjutkan beberapa waktu kemudian.
"Tapi bukan aku." Hong Jo tersenyum.
"Mungkinkah?" Hong Jo mengangguk.
"Dia benar - benar Mu Yeong? Dia benar hidup kembali?" Lee Yeon mencerca Hong Joo dengan pertanyaan yang dia jawab dengan anggukan.


"Aku mendengar rumor bahwa kau lulus ujian dewa gunung tanpa membunuh satu monster pun?" tanya Shin Jo pada Mu Yeong.
"Kau menyembuhkan mereka. Mengapa?" tanya Lee Rang.
"Untuk mempermudah." jawab Mu Yeong.
"Darahnya sama langkanya dengan asal muasalnya hanya ada sekali dalam seratus setahun." jelas Shin Jo
"Berikan beberapa tetes untuk ku. Atau kau bisa menjualnya pada ku." bujuk Lee Rang.
"Untuk harga berapa?" tanya mu Yeong.
"Harga yang pantas mengingat pertemananmu dengan Yeon." Mu Yeong tertawa mendengar jawaban Lee Rang dan berkata.
"Kau dan kakakmu benar - benar mirip."
"Kita sama sekali tidak mirip. Minta maaflah!"
Mu Yeong, Lee Rang dan Shin Jo berkumpul di halaman menikmati sup buah (atau semacamnya) dan berbincang saat Lee Yeon keluar dari kamar. Lee Yeon mengamati mereka sesaat lalu memanggil Mu Yeong.

Mu Yeong bertanya apakah Lee Yeon masih meragukannya, Lee Yeon mengatakan bahwa dia percaya orang di hadapannya adalah Mu Yeong.
"Aku ingin tau kenapa kau datang menemuiku di era ini? Dan bagaimana kau menemukanku?" 
"Pikirmu kenapa?"
Lee Yeon mengeluarkan pecahan batu dan penggaris emas dari sakunya, menunjukannya kepada Mu Yeong.
"Untuk ini."
"Apa itu?" tanya Mu Yeong
"Kupikir kau lebih tau daripada aku."
"Sekarang aku jadi ingin memilikinya." Mu Yeon mendekati Lee Yeon dan menggenggam penggaris emas dengan kuat lalu melepaskannya.
"Bercanda. Aku tidak membutuhkan benda ini."
"Bagaimana kau menemukanku?"
Mu Yeong membuka kancing bajunya dan menunjukkan dada kanannya kepada Lee Yeon.
"Separuh dari badanku tidak ada bedanya dengan batu. Aku tidak tau siapa yang menghidupkanku kembali tetapi kutukan Taluipa masih ada padaku." jelas Mu Yeong.
"Aku sedang mencari obat untuk iblis lalu aku menemukan ini." Mu Yeong menyerahkan selebaran pasangan rakun pada Lee Yeon.
"Apa pasangan rakun itu membuat ini?"
"Aku mendengarmu dari mereka dan langsung datang ke sini."
"Selamat datang teman." Lee Yeon menepuk bahu Mu Yeong.
"Kenapa kau tidak menemui Nenek tua dan memintanya mengembalikan badanmu seperti semula?"
"Dia tidak akan pernah memaafkanku. Dewa gunung yang menghancurkan sendiri area yang harus dia lindungi."
"Mengapa kau melakukannya?"
"Untuk menyelamatkan kakakku. Bahkan jika aku harus membayarnya dengan semua hal yang kusayangi."

"Senang melihat kalian berdua." Hong Jo menyapa kedua temannya dengan semangat.
"Gantilah baju kalian mari kita bermain bersama."
"Permisi. Bukankah kau kemarin menusuk kita berdua?"
"Lakukan saja seperti yang kukatakan. Kita akan pergi dalam satu jam." kata Hong Jo tegas menolak dibantah.

Lee Rang menemani Yeo Hee berlatih menyanyi. Saat Yeo Hee mulai menyanyi Lee Rang menekan tuts piano sesuai dengan nada nyanyian Yeo Hee.
"Bagaimana kau melakukannya. Kau kan tidak pernah belajar piano?"
"Entahlah aku hanya memencet sesuai apa yang kudengar."
"Kau pasti genius." puji Yeo Hee.
"Orang bilang sejak kecil aku cepat belajar."
"Cute." Yeo Hee tersenyum gemas.
"Aku kepala geng bandit tau. Suka atau tidak aku bisa berhenti." Lee Rang mengancam karena kesal dibilang cute.
"Mari kita lanjutkan." ujar Yeo Hee malu - malu.
Keduanya pun duduk berdampingan dan memainkan piano bersama.

Kucing hitam memperhatikan ke arah Mae Hwa yang membersihkan gerabah, tiba - tiba Mae Hwa melihat bayangan dibalik jemuran kain putih. Saat Mae Hwa bertanya siapa disana tetap tidak ada jawaban. Mae Hwa memeriksa setiap lembar kain untuk mencari sosok bayangan misterius. Terlihat sebuah kaki beralaskan sandal tua menggantung di atas tanah saat Mae Hwa membalikan kain dia terkejut melihat Gook Hee.

Gook Hee menyampaikan pesan juru masak kepada Mae Hwa bahwa semua bumbu pasta mereka terasa aneh. Saat Mae Hwa mencicipinya rasanya memang aneh, seperti makanan yang sudah rusak. Gook Hee berkata bahwa perubahan rasa bumbu pasta yang tiba - tiba menandakan adanya masalah yang akan timbul di rumah. Mae Hwa melarang Gook Hee mengatakan hal seperti itu dan berkata bahwa mereka sudah melakukan ritual yang benar untuk membuat semua pasta.
Jook Hyang sedang berjalan disekitar ketika melihat seseorang berada di bawah kolong rumah panggug mereka. (Rumah tradisional Korea elevasi lantai lebih tinggi dari tanah sehingga menyisakan ruang kosong diantara lantai rumah dan tanah)
"Apakah ada orang di sana?" tanya Jook Hyang mengintip ke bawah lantai.
"Apa kau bisa membantu mencari cincinku?"
"Bagaimana kau bisa berada dibawah sana?" Jook Hyang mengira sosok itu adalah Gook Hee.
"Tolonglah itu sangat berharga bagiku."
Jook Hyang menjulurkan tangannya untuk mencari cincin yang dimaksud dan menemukannya. 
"Inikah cincinmu?" Jook Hyang mengulurkan tangannya
"Bisakah kau ulurkan lebih dekat." suara misterius itu mencoba menarik Jook Hyang lebih dalam ke bawah lantai. Jook Hyang terus menjulurkan tangannya lalu dia berteriak dan berlari.
Saat berlari Jook Hyang menabrak Mae Hwa, dengan gugup dia bercerita.
"Uni. Gook Hee uni.."
"Aku kenapa?" sahut Gook Hee yang berjalan di belakang Mae Hwa.
"Bukankah kau baru saja berada di bawah lantai?"
"Apa yang kau bicarakan. Apa kau berkhayal di siang bolong?"
Lee Yeon, Mu Yeong dan Hong Jo bermain bersama di kota, mereka membeli popcorn dan nonton film. Di tengah nonton film Lee Yeon dan Hong Jo berebut popcorn, mereka tidak ada yang mau mengalah hingga popcorn tersebut terlempar ke atas dan menghujani Mu Yeong yang duduk diantara mereka. Mu Yeong menonton film dengan serius dan tampak hendak menangis. Melihat hal itu Lee Yeon tidak membuang waktu untuk menggodanya yang membuatnya dimarahi Hong Jo, Hong Jo menenangkan Mu Yeong dengan menepuk bahunya. Lee Yeon yang bosan mulai tertidur dan bersandar di bahu Mu Yeong, Hong Jo melakukan hal yang sama sementara Mu Yeong teringat kembali adegan yang sama saat mereka masih menjadi dewa gunung.
Saat kembali dari nonton hujan tiba - tiba turun, Lee Yeon berlari meninggalkan kedua temannya.
"Lihat dia begitu serius berlari." cemooh Hong Jo melihat ulah Lee Yeon.
"Dia benci bulunya basah." Mu Yeong berkata dengan tertawa.
"Bagaimana rasanya menemui Yeon tanpa memakai topeng."
"Dia masih jujur dan baik dan penuh dengan rasa percaya diri. Semua hal yang kusuka tentangnya."
Hong Jo mulai berjalan dan Mu Yeong menyusulnya dan menutupkan mantelnya ke kepala Hong Jo, saat Hong Jo mengajaknya berbagi agar tidak basah dia menolak dengan alasan tangan Hong Jo yang lain akan basah jika melakukannya. Saat itu Lee Yeon datang ke arah mereka mengambil mantel Mu Yeong dan merentangkannya di atas kepala mereka bertiga.
Eun Ho memberikan soal matematika kepada para gisaeng Myoyeongak dan Jook Hyang. Selain Jook Hyang para gisaeng tidak dapat menyelesaikan soal yang diberikan Eun Ho. Setelah menyelesaikan beberapa soal, Mae Hwa menyuruh Jook Hyang kembali ke kamar untuk tidur.
Saat Jook Hyang meninggalkan kamar berkumpul Eun Ho dan para gisaeng terlihat jajaran sepatu bagus dan sepasang sandal tua serta kucing hitam yang terus mengamati arah ruangan para gadis berkumpul.
Setelah kepergian Jook Hyang dan lampu padam para gadis memutuskan untuk bermain permainan hantu, mereka berempat berdiri di sudut ruangan yang diterangi lilin dan saling menghampiri satu persatu. Pada saat tiba giliran Eun Ho menghampiri Mae Hwa dan menepuk bahunya, Mae Hwa yang seharusnya bergerak ke arah gadis berikutnya tidak bergeming dan membuat Eun Ho kebingungan. Lalu Eun Ho mulai menghitung jumlah orang di ruangan, saat Eun Ho menghitung di ruangan ada 5 orang, seseorang mengajak mereka menghentikan permainan karena takut.
"Tidak itu bukan aku. Ada orang lain di ruangan ini." teriak Eun Ho, saat itu lilin yang mereka nyalakan padam. Para gadis berteriak dan seseorang memerintahkan untuk menyalakan kembali lilinnya. Saat lilin kembali menyala Eun Ho tidak ada di ruangan dan tiga gadis lainnya bingung mencarinya.
Tiga sekawan sedang minum dan mengenang masa dimana Lee Yeon jatuh ke toilet saat bermain petak umpet. Lee Yeon menggerutu dan mengatakan dia menjadi germaphobe sejak saat itu. Mereka menertawakan Lee Yeon. Mu Yeong menanyakan beruang hitam.
"Dia part time di desa, di masa de...." Lee Yeon tidak melanjutkan ucapannya.
"Desa apa? Part apa...?" Hong Jo pensasaran.
Lee Yeon mengalihkan percakapan mereka.
Hong Jo menceritakan harapannya yang tidak pernah terwujud agar mereka bertiga tidak terpisahkan. Saat Lee Yeon pergi membeli minuman untuk Hong Jo, Hong Jo bertanya bagaimana hidup Mu Yeong di masa depan.
"Aku mengawasi Yeon, saat itu dia memiliki banyak hal. Bekerja untuk Taluipa dengan keluarga dan teman - teman disampingnya. Bahkan wanita yang dia cintai."
"Ceritakan tentang dirimu bukan Yeon." desak Hong Jo. Mu Yeong tertegun mengingat hidup yang dia jalani lalu berkata pada Hong Jo bahwa dia menjalani hidup yang baik. Keduanya terlihat sibuk dengan pikiran sendiri - sendiri.
Di sebuah ruangan yang gelap Eun Ho memanggil Mae Hwa dan yang lain dan mendapati dirinya di tempat yang berbeda. Dia melihat banyak orang berbaring saat dia periksa itu adalah mayat. (Mereka berbaring dengan memakai gaun pengantin tradisional Korea). Eun Ho mencoba menggedor pintu dan meminta bantuan saat satu persatu mayat itu bangun dan menghampirinya.
Para gisaeng menceritakan kejadian hilangnya Eun Ho yang membuat mereka dimarahi Hong Jo. Hong Jo berkata bahwa permainan yang mereka mainkan sangat berbahaya. Hong Jo dan teman - temannya memutuskan akan mencari keberadaan Eun Ho.
Tiga sekawan dan Shin Jo mulai memainkan permainan hantu. Sebelum bermain Mu Yeong menyarankan Hong Jo untuk mundur dari permainan yang sudah pasti ditolak oleh Hong Jo. 
Para gisaeng berada di kamar dan mengkhawatirkan Eun Ho. Gook Hee mengusulkan mereka untuk menabur garam tetapi dia tidak berani pergi akhirnya Mae Hwa menawarkan diri untuk pergi mengambilnya. Saat Mae Hwa pergi di luar kamar terlihat jajaran sepatu bagus para gisaeng dan sepasang sandal tua.
Saat sedang menunggu Mae Hwa kembali dari mengambil garam terdengar suara dari luar minta tolong untuk dibukakan pintu. Saat Gook Hee hendak membuka pintu Jook Hyang menghalanginya dan bilang itu bukan Mae Hwa, setelah sedikit berdebat Gook Hee menuruti Jook Hyang. 
Nan Cho melubangi pintu dengan jari dan melihat siapa yang ada di luar dan matanya bertatapan dengan mata berdarah. Dia terkejut dan  berteriak darah. Gook Hee bertanya apakah mereka sudah menyebutkan nama mereka terbalik, dan dijawab belum oleh Nan Cho yang artinya permainan hantu mereka belum berakhir.
Ketika giliran Hong Jo menghampiri Shin Jo, dia memukul Shin Jo dengan keras yang membuat Shin Jo berteriak kesakitan. Lee Rang menyuruh mereka untuk diam, saat itu lilin padam dan muncul bayangan di luar pintu. Lee Yeon menarik pedangnya.
"Apa yang kalian lakukan di dalam gelap?" terdengar suara Lee Rang
"Rang, apa itu kau?" tanya Yeon.
"Kenapa kalian belum tidur?"
"Hei, nyalakan lampu." perintah Yeon.
"Dia bukan adikmu." suatu suara berbicara.
"Apa itu hantu?"
"Tebaslah dia Lee Yeon, cepat!" perintah suara itu. Pintu mulai terbuka perlahan, Lee Yeon menghunuskan pedangnya untuk menebas apapun yang ada di hadapannya. Shin Jo segera menepisnya membuat Lee Yeon jatuh bersamaan dengan Rang yang ada di balik pintu.
"Rang. Maaf." ucap Yeon.
"Dasar gila kau."
"Kupikir kau hantu." Lee Yeon menatap ke ruangan dan bertanya mengapa Mu Yeong menyuruhnya untuk melukai Rang. Mu Yeong menyangkal dan berkata bahwa dia tidak mengatakan apapun sejak permainan dimulai. Shin Jo menyalakan lampu dan mendapati Hong Jo menghilang.
2 gisaeng dan Jook Hyang terkejut melihat Mae Hwa memasuki ruangan, mereka bertanya apakah dia melihat ada orang diluar yang dijawab dengan gelengan kepala Mae Hwa. Gook Hee segera menaburkan garam di sekeliling ruangan mereka. 
Mu yeong di halaman dan kebingungan
"Bukan ini yang ku mau. Hong Jo..." 
"Cheon Mu Yeong... Mu Yeong..." panggil Lee Yeon. Mu Yeong mendatangi Lee Yeon.
"Lihatlah ini, garamnya berubah menjadi hitam." Lee Yeon menunjuk garam yang sebelumnya ditabur para gisaeng.
"Kita salah, ini bukan hantu biasa. Jika bisa membawa Hong Jo itu adalah iblis. Setidaknya hidup lebih lama dari kita." jelas Mu Yeong memungut garam di lantai.
"Kalian semua, jangan meninggalkan ruangan ini sampai ayam berkokok!" Yeon memperingatkan para gisaeng dan menutup pintu.
Shin Jo datang membawa kucing hitam.
"Kau datang?" tanya Lee Yeon.
"Aku membawa saksi." ucap Shin Jo menngendong kucing hitam.
"Kucing." tanya Mu Yeong.
"Itu keahlian Shin Jo."
"Apa katanya?" Shin Jo mendekatkan kucing ke telinganya.
"Itu bersembunyi diantara para gisaeng dan memakai sandal tua."
"Makhluk apa itu?"
"Jang San Beom."
"Jang San Beom, pantas dia selalu meniru suara."
"Dia tidak punya banyak waktu." ujar Mu Yeong (yang dia maksud adalah Hong Jo).
Mereka berpencar untuk mencari cara menemukan Jang San Beom.
Lee Yeon membangunkan adiknya dan meminta bantuan anak buah Lee Rang dengan imbalan 10 mangkok naengmyeon. Lee Rang menolak dan meminta darah Mu Yeong sebagai gantinya, Lee Yeon berjanji akan mencoba membicarakannya dengan Mu Yeong. Lee Rang memanggil anak buahnya dan memberikan perintah.
Mu Yeong menemui Raja 5 arah untuk membatalkan kesepakatan mereka karena Jang San Beom telah menculik Dewa Gunung Barat tetapi Raja 5 Arah bilang tidak bisa. Mu Yeong meminta Raja 5 Arah memberitahu tempat makhluk itu, Raja 5 Arah mengatakan bahwa itu adalah tempat yang bahkan mata Taluipa tidak bisa menembusnya. Mendengar ucapan Raja 5 Arah, Mu Yeong melangkah pergi. Raja 5 Arah memperingatkan Mu Yeong untuk tidak pergi karena di mata Mu Yeong ada kegelapan tidak berujung dan Mu Yeong adalah mangsa terbaik dunia itu. Mu Yeong mengabaikannya dan pergi ke hutan memahat kayu.
Anak buah Lee Rang membawa seorang nenek yang mengaku pernah diculik Jang San Beom. Saat Yeon bertanya dimana dia disekap, dia bilang tidak tau karena tempatnya gelap. Nenek bercerita bahwa ada beberapa wanita selain dirinya yang juga diculik dan mereka semua adalah istri Jang San Beom. Saat Yeon bertanya bagaimana nenek bisa kabur dia menjawab bahwa dia mengikuti Totto. Saat ditanya siapa Totto si nenek bingung menjawabnya. Lee Rang bertanya apakah nenek pernah melihat Jang San Beom, dia jawab dia melihatnya dan si nenek menggambar Jang San Beom.
Nenek menunjukkan hasil gambarnya, terlihat sosok hantu dan kucing hitam (hantu yang digambar nenek typical hantu cute di film kartun, hehe..)
Nenek berkata bahwa kucing hitam itulah Totto.
Mu Yeong kembali dan menyerahkan 2 potong kayu yang telah dipahat menyerupai pisau kecil dengan ujung tajam, dia bilang itu terbuat dari kayu duduri kayu yang tumbuh di atas darah dan daging manusia.
Lee Rang melarang kakaknya pergi sebagai gantinya dia ingin Mu Yeong yang pergi tetapi Yeon bersikeras untuk pergi. Rang menawarkan diri untuk pergi bersama kakaknya tetapi Yeon tidak ingin membahayakan adiknya. Rang mengatakan bahwa dia tidak percaya pada Mu Yeong, sebaliknya Yeon mengatakan bahwa dia ingin mempercayai Mu Yeong walaupun dia merasa aneh karena Jang San Beom muncul tepat setelah kemunculan Mu Yeong. Lee Yeon juga ingin mencari tau niat Mu Yeong datang mencarinya.
Lee Yeon segera bersiap untuk ritual pencarian Jang San Beom, dia berpesan kepada Shin Jo untuk menemui Taluipa dan menceritakan semuanya juga untuk menjaga Lee Rang.
Sebelum ritual dimulai Lee Rang mengikat jari Lee Yeon dengan benang ujung benang.
"Apa ini jalanku pulang?" tanyanya menggoda Rang.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku." ucap Yeon
"Jangan sampai mati. Kau tau, jika kau mati di sana kau bahkan tidak akan bisa menyelematkan jiwamu." pesan Rang.
"Ayo." kata Mu Yeong. Lee Rang segera mengulur benang yang mengikat Lee Yeon dan bergerak keluar ruangan.
"Aku akan membelikanmu Naengmyeon saat kembali." Yeon berjanji kepada adiknya dan tersenyum. Yeon dan Mu Yeong saling bertukar pandang dan mengangguk. Keduanya memasukkan kertas mantra ke dalam mulut masing - masing. Lee Rang keluar dari ruangan dan menutup pintu. 
Lee Rang membuat lubang di pintu dengan jari dan mengamati keadaan di dalam ruangan. Awalnya dia melihat kucing hitam dengan jelas kemudian ruangan menjadi gelap, Lee Rang hanya bisa melihat mata kucing hitam yang bersinar. Gulungan benang yang di genggaman Lee Rang mulai tertarik ke dalam ruangan dengan kuat, dan berhenti saat tersisa sedikut benang di gulungan.
"Hei..." Lee Rang mencoba memanggil kakaknya. Saat tidak mendengar jawaban, dia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Dia menyalakan pemantik api dan melihat benang telah tersemat disana sini menyebar di seluruh ruangan.
Lee Yeon dan Mu Yeong sampai di sebuah tempat yang menyerupai kota masa kerajaan.
"Apa ini? Kita ada di era Dinasti Joseon ?" tanya Lee Yeon.
"Era apaun ini, kita harus menemukan Hong Jo dulu."
Lee Yeon dan Mu Yeong menyebar untuk mmencari Hong Jo.
Lee Yeon sampai disebuah tempat dimana banyak mayat tergeletak, dia memanggil Mu Yeong. Keduanya melihat sekeliling tempat itu dan bertemu seorang gadis kecil. Saat bertanya apakah gadis itu tau dimana Jang San Beom, gadis kecil itu mengangguk dan berlari yang diikuti Lee Yeon dan Mu Yeong. Yeon dan Mu Yeong terus mengikuti gadis kecil hingga sampai di suatu ruangan yang gelap.
"Mu Yeong jangan dihirup." teriak Yeon saat ruangan tiba - tiba dipenuhi asap.
Lee Yeon dan Mu Yeong tersadar dalam kondisi terikat dan ada 2 orang bertudung kepala di belakang mereka. Orang - orang bertudung kepala semakin banyak dan ada 2 wanita dengan kostum saman mengayunkan golok besar ke arah Yeon dan Mu Yeong.
"Jangan....jangan... Nyonya mari kita bicarakan ini dulu. Mari kita bicara dulu."ujar Yeon kepada wanita yang mengayunkan golok. Wanita itu mengabaikan ucapan Yeon dan keduanya secara bersamaan mengayunkan golok ke arah Yeon dan Mu Yeong, darah memercik dan kedua teman itu jatuh tersungkur.
Beberapa saat kemudian Yeon membuka mata.
"Apa ini." dia memegang lehernya yang masih utuh dan membangunkan Mu Yeong disebelahnya.
"Hei Mu Yeong, kita tidak mati. Apa ini?" Yeon bingung dan menyentuhkan jarinya ke percikan darah dihadapannya dan menciumnya.
"Ini darah palsu." ujarnya lalu berdiri dan menyingkirkan tali yang mengikat badannya, Mu Yeong melakukan hal yang sama.
Terdengar suara "Cut Okay...!"
"Mari bergegas, kita akan kembali dalam 10 menit." ujar suara itu. Lee Yeon melihat sekeliling dimana kru film sedang sibuk kesana kemari dengan peralatan shooting. 
"Mari pindah ke adegan berikutnya" kata suara itu lagi.
Yeon melihat sebuah coffee truck bertuliskan 'Dukungan untuk acara televisi Pengantin Jang San Beom'
"Apa sebenarnya ini." ujar Yeon masih tetap melihat kesana kemari dengan bingung.


To be continue....